Kewajiban Istri?

Copas dari group sebelah

Dialog Pagi

Di Subuh yang dingin…ku dapati Ibu sudah sibuk memasak di dapur.

“Ibu masak apa? Bisa ku bantu?”

“Ini masak gurame goreng.
Sama sambal tomat kesukaan Bapak” sahutnya.

“Alhamdulillah.. mantab pasti..  Eh Bu.. calon istriku kayaknya dia tidak bisa masak loh…”

“Iya terus kenapa..?” Sahut Ibu.

“Ya tidak kenapa2 sih Bu.. hanya cerita saja, biar Ibu tak kecewa,  hehehe”..

“Apa kamu pikir bahwa memasak, mencuci, menyapu, mengurus rumah dan lain lain itu kewajiban Wanita?”

Aku menatap Ibu dengan tak paham.

Lalu beliau melanjutkan:
“Ketahuilah Nak, itu semua adalah kewajiban Lelaki. Kewajiban kamu nanti kalau sdh beristri.”
katanya sambil menyentil hidungku

“Lho, bukankah Ibu setiap hari melakukannya?”

Aku masih tak paham juga.

“Kewajiban Istri adalah taat dan mencari ridho Suami.” kata Ibu.

“Karena Bapakmu mungkin tidak bisa mengurusi rumah, maka Ibu bantu mengurusi semuanya.
Bukan atas nama kewajiban, tetapi sebagai wujud cinta dan juga wujud Istri yang mencari ridho Suaminya”

Saya makin bingung Bu.

“Baik, anandaku sayang. Ini ilmu buat kamu yang mau menikah.”

Beliau berbalik menatap mataku.
“Menurutmu, pengertian nafkah itu seperti apa?
Bukankah kewajiban Lelaki untuk menafkahi Istri?
Baik itu sandang, pangan, dan papan?” tanya Ibu.

“Iya tentu saja Bu..”

“Pakaian yang bersih adalah nafkah.
Sehingga mencuci adalah kewajiban Suami.
Makanan adalah nafkah.
Maka kalau masih berupa beras, itu masih setengah nafkah.
Karena belum bisa di makan.
Sehingga memasak adalah kewajiban Suami.
Lalu menyiapkan rumah tinggal adalah kewajiban Suami.
Sehingga kebersihan rumah adalah kewajiban Suami.”

Mataku membelalak mendengar uraian Bundaku cerdas kebanggaanku ini.

“Waaaaah.. sampai segitunya bu..?
Lalu jika itu semua kewajiban Suami.
Kenapa Ibu tetap melakukan itu semuanya tanpa menuntut Bapak sekalipun?”

“Karena Ibu juga seorang Istri yang mencari ridho dari Suaminya.
Ibu juga mencari pahala agar selamat di akhirat sana.
Karena Ibu mencintai Ayahmu, mana mungkin Ibu tega menyuruh Ayahmu melakukan semuanya.
Jika Ayahmu berpunya mungkin pembantu bisa jadi solusi.
Tapi jika belum ada, ini adalah ladang pahala untuk Ibu.”

Aku hanya diam terpesona.

“Pernah dengar cerita Fatimah yang meminta pembantu kepada Ayahandanya, Nabi, karena tangannya lebam  menumbuk tepung?
Tapi Nabi tidak memberinya.
Atau pernah dengar juga saat Umar bin Khatab diomeli Istrinya?
Umar diam saja karena beliau tahu betul bahwa wanita kecintaannya sudah melakukan tugas macam2 yang sebenarnya itu bukanlah tugas si Istri.”

“Iya Buu…”

Aku mulai paham,
“Jadi Laki-Laki selama ini salah sangka ya Bu, seharusnya setiap Lelaki bertrimakasih pada Istrinya. Lebih sayang dan lebih menghormati jerih payah Istri.”

Ibuku tersenyum.

“Eh. Pertanyaanku lagi Bu, kenapa Ibu tetap mau melakukan semuanya padahal itu bukan kewajiban Ibu?”

“Menikah bukan hanya soal menuntut hak kita, Nak.
Istri menuntut Suami, atau sebaliknya.
Tapi banyak hal lain.
Menurunkan ego.
Menjaga keharmonisan. Mau sama mengalah.
Kerja sama.
Kasih sayang.
Cinta.
Dan Persahabatan.
Menikah itu perlombaan untuk berusaha melakukan yang terbaik satu sama lain.
Yang Wanita sebaik mungkin membantu Suaminya.
Yang Lelaki sebaik mungkin membantu Istrinya.
Toh impiannya rumah tangga sampai Surga”

“MasyaAllah…. eeh kalo calon istriku tahu hal ini lalu dia jadi malas ngapa2 in, gimana Bu?”

“Wanita beragama yg baik tentu tahu bahwa ia harus mencari keridhoan Suaminya.
Sehingga tidak mungkin setega itu.
Sedang Lelaki beragama yg baik tentu juga tahu bahwa Istrinya telah banyak membantu.
Sehingga tidak ada cara lain selain lebih mencintainya”

Continue reading “Kewajiban Istri?”

Bahaya Ghibah

Bahaya ghibah

[7:54PM, 6/6/2015] ‪+62 813-7419-5155‬: Bahaya Ghibah.

Ghibah telah didefinisikan langsung oleh Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang dikeluarkan oleh Imam Muslim yang artinya yaitu,
“Engkau menyebutkan sesuatu yang ada pada saudaramu sedangkan dia tidak menyukai hal itu diceritakan kepada orang lain.”

Sehingga apapun bentuknya menceritakan tentang orang lain adalah dilarang bila sesuatu tersebut tidak disenangi olehnya, hal ini dikecualikan oleh para ulama di antaranya oleh Syaikh Muhammad Ibnu Utsaimin dalam Syarah Riyadhus Shalihiin, beliau berkata:

“Ketahuilah bahwa ghibah diperbolehkan demi tujuan yang benar dan syar’i yang tidak mungkin tercapai tujuan tersebut tanpa melakukan ghibah, dan adapun ghibah yang diperbolehkan tersebut ada enam sebab:

Pertama, seseorang terzhalimi mengadukan kepada pihak yang berwenang dan dia mempunyai pengaruh terhadap orang yang menzhalimi.
[7:56PM, 6/6/2015] ‪+62 813-7419-5155‬: Hal ini berdasarkan kisah Hindun binti ‘Utbah istri dari Abu Sufyan yang datang kepada Nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wa sallam mengatakan: bahwa suaminya adalah orang yang kikir atau pelit, dan dia tidak memberi nafkah kepadaku dan anakku yang cukup, lalu beliau bersabda yang artinya, “Ambillah dari hartanya yang cukup untuk menafkahi dirimu dan anakmu tanpa berlebihan.” Dari cerita di atas Hindun mengatakan tentang suaminya bahwa dia kikir kepada Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam karena Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam adalah pemimpin, dan ini ghibah. Seandainya hal ini dilarang maka tentulah Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam sudah mengingkarinya.
[7:58PM, 6/6/2015] ‪+62 813-7419-5155‬: Kedua, menjadikannya sebagai salah satu cara untuk mengubah sebuah kemungkaran, sehingga tukang maksiat tersebut meninggalkan maksiatnya.

Ketiga, memperingatkan seluruh kaum muslimin akan kejahatan seseorang, di antaranya, jarh (melukai).  Musyawarah dalam pemilihan calon pengantin, ikut serta dalam perdagangan, menitipkan harta, atau mu’amalah. Bila melihat seorang penuntut ilmu mondar-mandir kepada seorang ahlul bid’ah, dan khawatir terjadi perubahan padanya. Pemimpin yang tidak becus dalam kepemimpinannya.

Keempat, orang yang dengan terang-terangan melakukan sebuah kemaksiatan, seperti terang terangan minum bir.

Tentunya poin  poin diatas dalam rangka mencari solusi.
[8:00PM, 6/6/2015] ‪+62 813-7419-5155‬: Adapula yang hampir serupa dengan Ghibah ini adalah Namiimah.

Adapun mengadu domba adalah merupakan bagian dari namimah yang telah didefinisikan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih,
“Namimah adalah seseorang menukil (mengambil) perkataan manusia dari yang satu ke yang lainnya dengan tujuan merusak hubungan mereka, dan ini termasuk dosa yang besar, dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhori dan Muslim juga telah disebutkan orang yang sedang mendapatkan siksaan di alam kuburnya di antaranya adalah karena dia sering menyebar luaskan fitnah antara manusia, yang mana perbuatannya ini menyebabkannya berhak mendapatkan siksaan tersebut.”

Allah berfirman,

وَلَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَهِينٍ هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ

“Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina. yang banyak mencela, yang kesana ke mari menyebar luaskan fitnah.” (QS. Al Qalam: 10,11)
[8:02PM, 6/6/2015] ‪+62 813-7419-5155‬: Mengapa kita harus mewaspadai perilaku Ghibah dan namimah ini??

Karena kita BERSAUDARA.
إنما المؤمنون إخوة
Sesungguhnya orang2 mukmin itu bersaudara.

1. Pentingnya memahami kehormatan seorang muslim.

عَنْ أَبِيْ حَمْزَةَ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ خَادِمِ رَسُوْل الله عَنْ النَّبِي قَالَ : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

Dari Abu Hamzah Anas bin Malik, khadim (pembantu) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau berkata, “Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya”.

Ini merupakan hak yang sangat agung. Bahkan tidaklah bisa dipahami makna dan nilai persaudaraan secara khusus kecuali dengan menjaga kehormatan saudaranya.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan kaum muslimin, yang pada diri mereka terjalin tali persaudaraan yang umum (tidak khusus, yaitu persaudaraan seorang muslim dengan muslim yang lainnya), untuk menjaga kehormatan-kehormatan kaum muslimin. Pada hadits Abu Bakrah yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim, dan yang lainnya, bahwa ketika khuthbah hari ‘Arafah pada saat haji wada’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ ….

“Sesungguhnya darah kalian, harta-harta kalian, dan kehormatan dan harga diri kalian haram atas kalian. HR al-Bukhari (1742) dan (6043).
[8:05PM, 6/6/2015] ‪+62 813-7419-5155‬: Karena itu, kehormatan dan harga diri seorang muslim secara umum adalah haram untuk dinodai oleh muslim yang lain. Bagaimana lagi jika di antara muslim yang satu dengan yang lainnya terjalin ikatan persaudaraan dan persahabatan yang khusus? Bagaimana mungkin ia tidak menjaga kehormatan saudaranya itu? Padahal telah terjalin antara mereka tali persaudaraan khusus yang tidak terjalin untuk selain mereka. Jika seorang muslim diperintahkan untuk menjaga kehormatan saudaranya yang jauh darinya, padahal diantara mereka tidak ada ikatan atau kecintaan yang khusus,hubungan darah?
maka bagaimana lagi dengan sesama saudaranya yang diantara mereka terdapat hubungan dan rasa cinta, ada saling-menolong dalam mengerjakan kebaikan dan ketakwaan, usaha untuk taat kepada Allah dan beribadah kepada-Nya, memperoleh kebajikan, serta menjauh dari dosa?! Partner dakwah. 😰
[8:06PM, 6/6/2015] ‪+62 813-7419-5155‬: 2. Menjaga Lisan berarti menjaga kehormatan diri.

Saya teringat sebuah kaligrafi di kampus yang bertuliskan kata-kata hikmah:

اذا تم العقل نقص الكلام
Apabila sempurna akal maka kuranglah percakapan.

Bentuk penjagaan harga diri kita dan saudara-saudara kita baik yang mempunyai hubungan kekerabatan, pekerjaan, partner dakwah dan lainnya:
[8:07PM, 6/6/2015] ‪+62 813-7419-5155‬: ➡ Hendaknya kita menahan diri untuk tidak menyebutkan kejelekan-kejelekannya. Karena persahabatan atau ukhuwwah yang khusus mengharuskan kita mengetahui perkara-perkara pribadi yang timbul dari sahabatmu. Misalnya dia mengucapkan suatu perkataan atau melakukan suatu perbuatan (yang kurang baik atau bersifat rahasia tatkala sedang bersamamu). Makna dari ukhuwwah yang khusus adalah engkau amanah terhadap apa-apa yang kau lihat dan kau dengar dari sahabatmu. Jika tidak demikian, maka setiap orang akan menghindar dari orang yang mau berhubungan dengannya.

sebuah kitab yang dia beri judul:

تَفْضِيْلُ الْكِلاَبِ عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ لَبِسَ الثِّيَابِ

Pengutamaan anjing-anjing atas banyak orang yang memakai pakaian.

Penulis buku tersebut mendapati bahwa seekor anjing, jika pemiliknya berbuat baik kepadanya maka ia akan menunaikan tugasnya. Bahkan si anjing rela mengorbankan nyawanya demi membela pemiliknya yang telah berbuat baik kepadanya. Akhirnya penulis tadi berkata, ”Pengutamaan anjing-anjing atas banyak orang yang memakai pakaian,” disebabkan banyaknya orang yang berkhianat.
[8:08PM, 6/6/2015] ‪+62 813-7419-5155‬: ➡ Engkau tidak bertanya secara detail kepada saudaramu, tidak mencari tahu, dan turut campur pada permasalahan-permasalahan yang tidak dia tampakkan kepadamu. Kepo. Contohnya engkau melihatnya berada di suatu tempat tertentu, lantas engkau bertanya,
“Apa tujuannya kesitu?
Apa yang kau bawa?
Mengapa engkau pergi ke rumah si fulanah?
Ada apa antara dirimu dengan Fulan?,”
dan pertanyaan-pertanyaan lain yang merupakan bentuk turut campur pada perkara yang bukan kepentingan kita. Jika sahabat ingin agar kita turut campur dalam masalahnya tentu ia akan mengabarkannya kepada kita. Jika dia menyembunyikan hal itu, maka tentu karena ada maslahatnya. Disamping itu, merupakan kebaikan nilai keislaman seseorang jika ia meninggalkan apa yang bukan merupakan kepentingannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

من حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه
“Termasuk kebaikan keislaman seseorang jika ia meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya.”.
[8:13PM, 6/6/2015] ‪+62 813-7419-5155‬: ➡ Engkau menjaga rahasia-rahasia pribadinya yang ia ceritakan padamu, baik tentang pengamatannya, maupun tentang pendapatnya pada suatu permasalahan. Kalian berbicara tentang seseorang, maka dia pun mengabarkan kepadamu tentang pendapatnya mengenai orang tersebut. Kalian berbicara tentang suatu permasalahan, ia memiliki pendapat tentang permasalahan tersebut, maka ia kabarkan kepadamu karena engkau adalah orang khusus, karena engkau adalah sahabatnya. Terkadang pendapatnya benar dan terkadang juga keliru. Jika engkau adalah sahabat sejatinya, maka tidaklah saudaramu itu mengabarkan kepadamu melainkan untuk dijaga, bukan disebarkan (meskipun dia tidak memintamu untuk merahasiakannya). Karena konsekuensi dari tali persaudaraan yang khusus adalah adanya rahasia diantara mereka. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunan-nya:

الرَّجُلُ إِذَا حَدَّثَ الرَّجُلَ بِحَدِيْثٍ ثُمَّ الْتَفَتَ عَنْهُ فَهِيَ أَمَانَةٌ

“Jika seseorang mengabarkan kepada orang lain suatu kabar, kemudian ia berpaling dari orang yang dikabari tersebut, maka kabar itu adalah amanah (atas orang yang dikabari)”-( HR. Tirmidzi dan Abu Daud).
[8:13PM, 6/6/2015] ‪+62 813-7419-5155‬: 3. Lisan adalah cerminan Hati.

Yahya bin Mu’adz -rohimahulloh- mengatakan:

“Hati itu seperti PANCI, dia akan mendidihkan apa yg ada di dalamnya, sedangkan lisannya itu (ibarat) GAYUNGnya.

Maka tunggulah (untuk menilai) seseorang sehingga dia berbicara, karena lisannya akan mengambilkan untukmu apa yang ada dalam hatinya; bisa jadi rasanya manis, atau kecut, atau tawar, atau asin.

Lisannya akan mengabarkan kepadamu tentang rasa hatinya”.

[Kitab: Hilyatul Aulia, 10/63].

Oleh karenanya, terapkanlah hadits Nabi -shollallohu alaihi wasallam-:

من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليصمت
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka katakanlah perkataan yg baik, atau (jika tidak) maka diamlah”. [HR. Bukhori Muslim].
[8:15PM, 6/6/2015] ‪+62 813-7419-5155‬: 4. من لا يرحم لا يرحم
Siapa saja yang tidak menyayangi, tidak akan disayangi.
Kata-kata ini anak-anak TK pun hafal.

Sudah barang tentu, orang yang dighibahi itu tidak senang. Maka mungkin saja iapun akan melakukan hal yang tidak menyenangkan penggibah. Jika tidak ada yang menengahi atau mengingatkan, maka ini pasti akan memicu permusuhan.
[8:18PM, 6/6/2015] ‪+62 813-7419-5155‬: 5. Ancaman bagi orang yang Ghibah.

Ancaman bagi orang yang berbuat ghibah:
🔥 Aisyah RA berkata:”Aku pernah berkata kepada Rosululloh, ‘Cukuplah bagimu dari Shofiah itu (salah seorang isteri beliau) begini dan begitu (kekurangannya), ~sebagian perawi hadits berkata yakni pendek orangnya~ maka beliau bersabda, “Sungguh engkau telah mengucapkan satu kalimat yang seandainya dicampur dengan air lautan niscaya akan mencampurinya” (Yakni membuat air laut tersebut berubah rasanya atau warnanya karena buruknya dan busuknya ucapan tersebut” (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi)

Imam Nawawi berkata: “Ini adalah hadits yang paling keras dalam melarang ghibah sepengetahuan saya”
[8:19PM, 6/6/2015] ‪+62 813-7419-5155‬: 🔥Rosululloh SAW bersabda, “Ketika saya dimi’rajkan saya melewati satu kaum yang memiliki kuku-kuku dari tembaga, mereka mencakar-cakar wajah-wajah dan dada-dada mereka dengan kuku-kuku tersebut, lalu aku berkata “Siapakah mereka itu wahai Jibril?” Dia berkata, “Mereka adalah orang-orang yang yang memakan daging-daging manusia (berbuat ghibah) dan mencemarkan kehormatan manusia” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
[8:19PM, 6/6/2015] ‪+62 813-7419-5155‬: 🔥Rosululloh SAW bersabda, ” Sesungguhnya termasuk riba yang paling besar ialah mencemarkan kehormatan seorang muslim tanpa alsan yang hak” (HR. Abu Dawud, hadis hasan).

Saudaraku…jika riba adalah dosa besar yang diancam akan diperangi pelakunya oleh Alloh dan Rasul-Nya, maka bagaimana halnya dengan suatu dosa yang lebih besar dari pada riba?😰😰
[8:28PM, 6/6/2015] ‪+62 813-7419-5155‬: Kira-kira tahun 2007-an, saya pernah diperlihatkan sebuah video tentang Ghibah.
Disitu berkumpul perempuan-perempuan, lengkap dengan hijabnya sedang asyik menikmati bangkai, berebutan, tertawa dan sedikitpun tidak ada perasaan jijik atau canggung. Mereka begitu menikmati bangkai tersebut sampai titik terakhir. Bahkan ada yang menempel sedikit di bibirnya, ia jilat sambil tersenyum.
😣😰

Itulah gambaran Ghibah!.
Sebagaimana yang disampaikan dalam audio diatas.
نعوذ بالله من ذلك.

Bagi Akhwati yang mempunyai video tersebut, sangat berharap bisa dishare sebagai tadzkiroh.
[8:28PM, 6/6/2015] ‪+62 813-7419-5155‬: 6. Hindari Ghibah dan Taubatlah.

Sesungguhnya ketentuan bahwa istigfar itu sebagai penebus ghibah, tidak berarti (kalau telah melaksanakannya) itu sudah cukup. Karena asal dosa itu sendiri tidak dapat dihapus melainkan dengan taubat yang jujur yang disertai dengan meninggalkan (dosa), menyesal, tidak mengulangi dan kejujuran hati dalam berinteraksi dengan Sang Pencipta Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bagi orang yang telah melakukannya, diharapkan dengan taubat ini Allah menghapuskan dosa-dosanya dan mengampuni kesalahannya. Adapun terkait dengan hak-hak seorang hamba dan  kezaliman kepada makhluk. Maka tidak (dapat) dihapuskan melainkan orang (tersebut) telah memaafkan dan menghapuskannya. Dalil tersebut telah ada dalam sunnah Nabi sallallahu’alaihi wa sallam ketika beliau bersabda:

مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ ، إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ ، وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ  (رواه البخاري، رقم 2449)

“Siapa yang mempunyai kezaliman kepada saudaranya baik dari kehormatan atau sesuatu hal, maka mohonlah dihalalkan darinya sekarang (pada hari ini) sebelum tidak berguna lagi dinar dan dirham. Kalau dia mempunyai amal shaleh, maka akan diambil darinya sesuai dengan kadar kezalimannya. Kalau tidak mempunyai kebaikan, maka keburukan orang tersebut akan diambil dan dibebankan kepadanya.” (HR. Bukhari, no. 2449)
[8:29PM, 6/6/2015] ‪+62 813-7419-5155‬: Terdapat perintah untuk meminta dihalalkan dari kezaliman sebelum adanya penghitungan pada hari hisab (perhitungan di hari kiamat). Maka, saat itu tahalul (meminta dihalalkan) dilakukan dengan menukar kebaikan dengan keburukan. Itu jelas merupakan kerugian yang hakiki bagi orang yang berbuat zalim terhadap orang, baik harta, kehormatan maupun darahnya.
[8:29PM, 6/6/2015] ‪+62 813-7419-5155‬: Seharusnya bagi orang yang ingin terbebaskan dirinya dari dosa ghibah, selayaknya dia berusaha keras meminta dihalalkan dari orang yang digunjingi (ghibahi) dengan memohon dimaafkan olehnya dan dibebaskan dengan kata lembut dan baik. Dianjurkan mengerahkan sepenuh kekuatan sesuai dengan kemampuannya. Bahkan jika harus membeli hadiah mahal dan bernilai, atau memberi bantuan materi, para ulama telah menegaskan kebolehnnya  dalam rangka meminta dihalalkan terkait tanggungannya kepada orang lain.

Namun, ketika para ulama salafushaleh dan para ahli fiqih memandang jika meminta maaf dari seseorang dalam masalah ghibah kadang– dalam beberapa kondisi – menyebabkan keburukan yang lebih besar, seperti sakit hati, atau pemutusan hubungan, benci dan iri hati serta perkara lainnya yang hanya diketahui Allah saja, maka sebagian ulama memberi keringanan untuk tidak meminta maaf. Mereka berharap permintaan itu dapat diganti dengan beristigfar untuk orang yang dighibahi, mendoakan dan menyanjungnya di saat dia tidak ada. Meskipun ulama lainnya berpendapat bahwa ghibah tidak dapat dihapus melainkan pengampunan dari orang yang dizaliminya. Akan tetapi yang benar adalah, kalau orang yang terjerumus dalam ghibah bertaubat secara jujur tidak diharuskan memberitahu orang yang dighibahi, apalagi kalau khawatir terjadi akibat buruk sebagaimana yang terjadi pada umumnya.

Jadi memintakan ampunan dosa untuk orang yang dighibahi adalah uzur khusus dan kondisi darurat yang dalam syariat  diajarkan untuk mengutamakan menghindari kerusakan dibanding mendatangkan kemaslahatan.
[8:31PM, 6/6/2015] ‪+62 813-7419-5155‬: Penting diperhatikan bahwa yang dimaksud istigfar dan doa adalah menolak keburukan dengan kebaikan dan membalas dengannya. Maka tidak harus hanya dengan istigfar tanpa amalan lain. Bahkan mungkin anda beramal saleh agar pahalanya anda persembahkan kepada orang yang anda gunjingi. Seperti anda bershodaqah untuknya, memberikan bantuan kepadanya, membantunya saat dia mendapatkan cobaan, sehingga anda berusaha semaksimal mungkin mengganti kejelekan itu.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah Ta’la mengatakan dalam kitab Majmu Fatawa, 18/187-189:

“Terkait dengan hak orang yang dizalimi, tidak gugur hanya sekedar bertaubat. Inilah yang benar. Tidak ada perbedaan dalam hal ini, antara pembunuh dan semua pelaku zalim. Barangsiapa yang bertaubat dari kezaliman, tidak hilang hak orang dizalimi hanya dengan bertaubat. Akan tetapi kesempurnaan taubatnya adalah dengan menggantinya sesuai kezalimannya. Kalau tidak diganti di dunia, pasti akan di ganti di akhirat. Pelaku kezaliman diharuskan bertaubat, memperbanyak berbuat kebaikan dan menunaikan hak-hak orang yang dizalimi agar tidak bangkrut. Meskipun begitu, kalau Allah berkehendak mengganti hak orang yang dizalimi dari sisiNya, maka tidak ada yang dapat menolaknya. Sebagaimana (Allah) kalau berkehendak mengampuni (dosa-dosa) selain syirik bagi orang yang dikehendaki. Oleh karena itu dalam hadits Qishas yang mana Jabir bin Abdullah naik (kendaraan) menuju ke Abdullah bin Unais selama sebulan untuk bertamu dengannya.

Telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad, 3/495 dan lainnya. Hadits ini dijadikan oleh Bukhari sebagai penguat dalam Shahihnya, dan ia termasuk dalam katagori hadits Tirmizi yang shahih atau hasan, di dalamnya dikatakan,

إذا كان يوم القيامة فإن الله يجمع الخلائق فى صعيد واحد ، يسمعهم الداعى وينفذهم البصر ، ثم يناديهم بصوت يسمعه من بعد كما يسمعه من قرب ، أنا الملك ، أنا الديان ، لا ينبغي لأحد من أهل النار أن يدخل النار وله عند أحد من أهل الجنة حق حتى أقصه منه ، ولا ينبغي لأحد من أهل الجنة أن يدخل الجنة ولأحد من أهل النار عنده حق حتى أقصه منه

“Ketika pada hari kiamat, maka Allah kumpulkan semua makhluk di satu tempat. Lalu terdengar orang yang memanggil, terlihat dalam pandangan mata. Kemudian dipanggil dengan suara yang terdengar orang paling jauh sebagaimana orang yang dekat juga mendengar. Aku adalah Raja, Aku Sang Perkasa. Tidak sepatutnya seorang pun dari penduduk neraka masuk neraka sementara dia masih memiliki hak kepada salah seorang dari penduduk surga sampai diqisas (diambil hak darinya). Dan tidak sepatutnya penduduk surga masuk ke surga, sementara dia masih memiliki hak kepada salah seorang penduduk neraka sampai Aku ambil hak darinya.
[8:40PM, 6/6/2015] ‪+62 813-7419-5155‬: Saya berwasiat kepada diri sendiri dan kepada semuanya, semoga kita dijauhkan dari sifat Ghibah ini. Aamiin.

Demikian yang dapat saya sampaikan, mohon maaf atas segala kekurangan dan kekhilafannya.
Yang baik adalah dari Allah Subhaanahu wa ta’ala, dan kekeliruan merupakan kelalaian saya pribadi.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
[8:42PM, 6/6/2015] ‪+62 813-7419-5155‬: Terakhir.
Mari kita simak firman Allah SWT. 
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ)
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ) [Surat Al-Hujraat : 12]

Mereka telah diingatkan agar bertaubat dari menggunjing dan ia termasuk kezaliman. Hal ini kalau orang yang dizalimi mengetahui pengganti (kezalimannya). Kalau sekiranya orang yang di gunjingi atau dituduh tidak mengetahui hal itu, ada yang mengatakan, bahwa di antara syarat taubatnya adalah memberitahukannya. Ada pula yang mengatakan bahwa hal tersebut tidak disyaratkan. Ini merupakan pendapat mayoritas. Kedua pendapat tersebut merupakan riwayat dari Imam Ahmad.

Akan tetapi pendapat seperti ini terhadap orang yang dizalimi, hendaknya diimbangi dengan melakukan kebaikan-kebaikan, seperti mendoakan kebaikan, beristigfar, beramal saleh dan dihadiahkan kepadanya sebagai pengganti dari gunjingan dan tuduhan kepadanya.

Hasan Al-Basri mengatakan, ‘Tebusan ghibah adalah memohonkan ampunan kepada orang yang dighibahi.’

Wallahu’alam.
[8:46PM, 6/6/2015] ‪+62 813-7419-5155‬: Baiklah tanpa membuang waktu.. saya persilakan bagi yang ingin bertanya..
[9:22PM, 6/6/2015] ‪+62 813-7419-5155‬: Oh iya, ketinggalan sedikit.
Ketika ada seseorang yang sudah bertaubat, kemudian mengulang-ngulang perbuatan maksiat tersebut, maka kita sebagai saudaranya berhak untuk mengingatkan.
تواصوا بالحق وتواصوا بالصبر.
Dan Allah maha luas pengampunannya.
[9:22PM, 6/6/2015] ‪+62 813-7419-5155‬: 1⃣
semoga kita semua terhindar dri perbuatan ghibah…Aamiin

Seumpama teman kita mngajak kita untuk bercerita,  ttapi trnyata yg ia ceritakan adalah ttg kejelekan orang lain…gimana cara kita mnghindari hal tersebut dan tdk pula mnyinggung hati tman kita krna tdk mau mndengar ceritanya?? N gmana hukumnya jika seseorang telah bertaubat dri berghibah tpi trnyata masih mlakukan hal tersebut?
Jazakillah

Ukhti shalihah yang dirahmati Allah, semoga Allah memberikan kita saudara-saudara yang dijaga hati dan lisannya oleh Allah. Aamiin.

Ketika kita terjebak dalam suasana Ghibah seperti itu, padahal bukan dalam rangka mencari solusi, maka usahakan mencari tema lain dalam percakapan tersebut.

Ingatkan dengan bahasa yang ringan dan tidak terkesan menggurui. Contoh: mbak, kita cerita yang lain aja yuk, gak enak kalau ketahuan orang lain.

Doakan saudara-saudara kita yang masih senang dengan Ghibah ini.
Jika memungkinkan diingatkan, maka ingatkan baik2.

والله أعلم بالصواب
[9:22PM, 6/6/2015] ‪+62 813-7419-5155‬: 3⃣
Ustadzah, saya ingin bertanya. Jika kita membicarakan keburukan orang tanpa meyebutkan siapa orangnya, misalkan “salah satu senior kita…” dan membicarakan keburukan itu sendiri disebabkan oleh rasa kecewa terhadap buruknya perbuatan dan agar dijadikan pelajaran. Apakah hal ini boleh ustadzah?

Jika membicarakan itu dalam rangka mencari solusi, maka itu boleh. Namun jika sekedar melampiaskan emosi, maka sebaiknya dihindari.

Walaupun tidak disebutkan namanya, tapi teman2 kita akan menerka2.

Semoga Allah memberikan kelapangan hati dan menjadikan tempat kerja kita berkah, jauh dari ghibah dan hal2 yang negatif lainnya.
[9:22PM, 6/6/2015] ‪+62 813-7419-5155‬: 2⃣
Bagaimana cara menghindari ghibah ketika orang yg qt bicarakan memang benar salah tindakanny? Misal ad seorang ibu yg kurang perhatian kpd anakny, saat anakny skit si ibu meminta tlg sya utk bantu merawat anakny, awalny sya baik2 aj tp lama kelamaan saat dperhatikan si ibu ternyta lbh sbuk sma gatgetny dbanding memikirkan anakny yg sakit, saat dsarankan ke dokter si ibu sllu memberikn byk alasan. Hingga akhirny si anak bertambah sakit. Tmbullah ketdak iklasan diri sya saat membantu bhkn kdg tanp sadar membicarakanny dgn teman atau ngomel dlm hati. Astagfirullah..🙈
Afwan ya bunda, jd curhat krn pas bgt kajian mlm ini

Innaalillaah..
Semoga menjadi pelajaran ya Ukhti, meskipun belum mempunyai anak, tapi perlu banyak belajar tentang pendidikan anak.

Pertama, si ibu diingatkan semampu kita.
Kedua, jangan terlalu sering dibantu, bisa jadi ia sangat mengandalkan kita. Karena dalam kondisi seperti ini, anak justru sangat membutuhkan ibunya.

Kesal memang, dan bawaannya ingin melampiaskan dengan ngomel. Perbanyaklah istighfar, dan jangan lupa doakan agar si ibu segera sadar akan tugasnya. Sehingga kita terhindar dari penyakit berbahaya Ghibah.
Minta bantuan orang terdekat yang sekiranya dapat didengar oleh si ibu.

Shalat Tarawih

🍃🎾Sukses Ramadhan🎾🍃

SBR/11/AHQ-IHQ🌴/ODOJ

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمـَنِ الرَّحِيمِ
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
🎆 Shalat T A R A W I H🎆
🔹➖🔹➖🔹➖🔹➖🔹➖🔹

Shalat tarawih adalah shalat yang hukumnya sunnah berdasarkan kesepakatan para ulama. Shalat tarawih merupakan shalat malam atau di luar Ramadhan disebut dengan shalat tahajud. Shalat malam merupakan ibadah yang utama di bulan Ramadhan untuk mendekatkan diri pada Allah Ta’ala. Ibnu Rajab rahimahullah dalam Lathoif Al Ma’arif berkata, “Ketahuilah bahwa seorang mukmin di bulan Ramadhan memiliki dua jihadun nafs (jihad pada jiwa) yaitu jihad di siang hari dengan puasa dan jihad di malam hari dengan shalat malam. Barangsiapa yang menggabungkan dua ibadah ini, maka ia akan mendapati pahala yang tak hingga.”

Keutamaan Shalat Tarawih
Shalat tarawih mengampuni dosa yang telah lewat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
(HR. Bukhardan Muslim).

Yang dimaksud qiyam Ramadhan adalah shalat tarawih sebagaimana yang dituturkan oleh Imam Nawawi (HR. Muslim).

Hadits ini memberitahukan bahwa shalat tarawih bisa menggugurkan dosa dengan syarat dilakukan karena iman yaitu membenarkan pahala yang dijanjikan oleh Allah dan mencari pahala dari Allah, bukan karena riya’ atau alasan lainnya (Lihat Fathul Bari). Imam Nawawi menjelaskan, “Yang sudah ma’ruf di kalangan fuqoha bahwa pengampunan dosa yang dimaksudkan di sini adalah dosa kecil, bukan dosa besar. Dan mungkin saja dosa besar ikut terampuni jika seseorang benar-benar menjauhi dosa kecil.” (HR. Shahih Muslim)

Lebih Semangat di Akhir Ramadhan
Selayaknya bagi setiap mukmin untuk terus semangat dalam beribahadah di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan lebih dari lainnya. Di sepuluh hari terakhir tersebut terdapat lailatul qadar. Allah Ta’ala berfirman,

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan” (QS. Al Qadar: 3). Telah terdapat keutamaan yang besar bagi orang yang menghidupkan malam tersebut. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa melaksanakan shalat pada lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
(HR. Bukhari)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terlihat lebih rajin di akhir Ramadhan lebih dari hari-hari lainnya, sebagaimana disebutkan dalam hadits,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَجْتَهِدُ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِى غَيْرِهِ.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.”
(HR. Muslim)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi contoh dengan memperbanyak ibadahnya saat sepuluh hari terakhir Ramadhan. Untuk maksud tersebut beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai menjauhi istri-istri beliau dari berhubungan intim. Beliau pun tidak lupa mendorong keluarganya dengan membangunkan mereka untuk melakukan ketaatan pada malam sepuluh hari terakhir Ramadhan. ‘Aisyah mengatakan,

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima’), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Disunnahkan untuk memperbanyak ibadah di akhir Ramadhan dan disunnahkan pula untuk menghidupkan malam-malamnya dengan ibadah.” (HR. Muslim)

Semangat Tarawih Berjama’ah
Sudah sepantasnya setiap muslim mendirikan shalat tarawih tersebut secara berjama’ah dan terus melaksanakannya hingga imam salam. Karena siapa saja yang shalat tarawih hingga imam selesai, ia akan mendapat pahala shalat semalam penuh. Padahal ia hanya sebentar saja mendirikan shalat di waktu malam. Sungguh inilah karunia besar dari Allah Ta’ala. Dari Abu Dzar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ

“Barangsiapa yang shalat bersama imam hingga imam selesai, maka ia dicatat seperti melakukan shalat semalam penuh.”
(HR. Tirmidzi)

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Para ulama sepakat bahwa shalat tarawih itu sunnah. Namun mereka berselisih pendapat apakah shalat tarawih itu afdhol dilaksanakan sendirian atau berjama’ah di masjid. Imam Syafi’i dan mayoritas ulama Syafi’iyah, juga Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad dan sebagian ulama Malikiyah berpendapat bahwa yang afdhol adalah shalat tarawih dilakukan secara berjama’ah sebagaimana dilakukan oleh ‘Umar bin Al Khottob dan sahabat radhiyallahu ‘anhum. Kaum muslimin pun terus ikut melaksanakannya seperti itu.” (HR. Muslim)

Berapa Raka’at ?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Semua jumlah raka’at di atas (dengan 11, 23 raka’at atau lebih dari itu) boleh dilakukan.

🔵 Tuntunan Lain Shalat Tarawih :

Shalat tarawih lebih afdhol dilakukan dua raka’at salam, dua raka’at salam. Dasarnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Shalat malam adalah dua raka’at dua raka’at.”
(HR. Bukhari dan Muslim).

Para ulama sepakat tentang disyariatkannya istirahat setiap melaksanakan shalat tarawih empat raka’at. Inilah yang sudah turun temurun dilakukan oleh para salaf. Namun tidak mengapa kalau tidak istirahat ketika itu. Dan juga tidak disyariatkan untuk membaca do’a tertentu ketika istirahat.
Menutup Shalat Malam dengan Witir
Shalat witir adalah shalat yang dilakukan dengan jumlah raka’at ganjil (1, 3, 5, 7 atau 9 raka’at). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اجْعَلُوا آخِرَ صَلاَتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرً

“Jadikanlah akhir shalat malam kalian adalah shalat witir.” (HR. Bukhari no. 998 dan Muslim no. 751). Jika shalat witir dilakukan dengan tiga raka’at, maka dapat dilakukan dengan dua cara: (1) tiga raka’at, sekali salam [HR. Al Baihaqi], (2) mengerjakan dua raka’at terlebih dahulu kemudian salam, lalu ditambah satu raka’at kemudian salam.
(HR. Ahmad)

Setelah witir dituntunkan membaca, “Subhaanal malikil qudduus”, sebanyak tiga kali dan mengeraskan suara pada bacaan ketiga (HR. An Nasai).

Juga bisa membaca bacaan “Allahumma inni a’udzu bika bi ridhooka min sakhotik wa bi mu’afaatika min ‘uqubatik, wa a’udzu bika minka laa uh-shi tsanaa-an ‘alaik, anta kamaa atsnaita ‘ala nafsik” (Ya Allah, aku berlindung dengan keridhoan-Mu dari kemarahan-Mu, dan dengan keselamatan-Mu dari hukuman-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa-Mu. Aku tidak mampu menghitung pujian dan sanjungan kepada-Mu, Engkau adalah sebagaimana yang Engkau sanjungkan kepada diri-Mu sendiri).
(HR. Abu Daud , Tirmidzi

Team Syiar Ramadhan
AHQ – IHQ🌴

Majelis Keluarga Qur’ani

🍃🍁🍃🍁 ODOJ 🍁🍃🍁🍃

Mungkin Kamu Lupa..

Mungkin kamu lupa, betapa kamu dulu memandangnya sebagai seorang wanita yg aktif dengan berbagai prestasi..
Mungkin kamu lupa, dulu kamu menganggap tiap perkataannya bagai ucapan seorang ahli yg wajib didengar dan tak mungkin salah.
Mungkin kamu lupa, dulu kamu memandangnya seakan2 tak tersentuh, bahkan utk berdampingan sekalipun.

Sekarang, setelah kau memilikinya, dia memilih utk melayani segala keperluanmu, dan mengabaikan bbrp keperluannya
Sekarang, hanya perintahmulah yg diutamakan, bahkan dibandingkan perintah orangtuanya..
Sekarang, ucapannya lebih banyak kauanggap salah.. Lebih banyak kausanggah drpd kau dengar.
Sekarang, ucapannya bernilai sebatas pendapat orang awam yg tdk perlu kaupahami maksudnya.

Ketahuilah, dia wanita yg sama dengan kualitas diri yg sama bahkan mungkin bertambah..
Kini ia mampu menahan diri berada sedikit dibawahmu. Mengingatkanmu bila salah, memujimu bila benar.

Pandang ia sekarang seperti kau memandangnya dulu.
Dengarkan pendapatnya, pahami maunya, hargailah ia..